Langsung ke konten utama

MASALAH PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA


Dok. Persawahan di Desa Banjarsari, Pulau Enggano

Oleh : Mardiansyah

Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian oleh tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Masalah pembangunan pertanian di tinjau dari beberapa aspek yaitu :
1.      Sumber Daya Manusia
Kelemahan dalam sistem alih teknologi. Ciri utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitas pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Produk-produk pertanian kita baik komoditi tanaman pangan (hortikultura), perikanan, perkebunan dan peternakan harus menghadapi pasar dunia yang telah dikemas dengan kualitas tinggi dan memiliki standar tertentu. Tentu saja produk dengan mutu tinggi tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan teknologi standar. Indonesia menghadapi persaingan yang keras dan tajam tidak hanya di dunia tetapi bahkan di kawasan ASEAN. Namun tidak semua teknologi dapat diadopsi dan diterapkan begitu saja karena pertanian di negara sumber teknologi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara kita, bahkan kondisi lahan pertanian di tiap daerah juga berbeda-beda. Teknologi tersebut harus dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan, dan selanjutnya baru diterapkan ke dalam sistem pertanian kita. Dalam hal ini peran kelembagaan sangatlah penting, baik dalam inovasi alat dan mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani maupun dalam pemberdayaan masyarakat. Lembaga-lembaga ini juga dibutuhkan untuk menilai respon sosial, ekonomi masyarakat terhadap inovasi teknologi, dan melakukan penyesuaian dalam pengambilan kebijakan mekanisasi pertanian.

2.      Demografi
Menurut data BPS Tahun 2019,  bahwa jumalh penduduk Indonesia di proyeksikan pada tahun 2020 mencapai 270 juta jiwa. Angka tersebut terdiri dari 135,34 juta jiwa laki-laki dan 134,27 juta jiwa perempuan. Dikelompokkan berdasarkan usia belum produktif, produktif dan tidak produktif terdiri dari 66,07 juta, 185,34 juta dan 18,2 juta jiwa. Dengan demikian era bonus demografi yaitu jumah penduduk produktif lebih besar dibandingkan yang belum dan tidak produktif, hal dimiliki Indonesia.

Pemerataan pembangunan yang masih belum mencapai ke daerah, hal ini dilihat dari data pertumbuhan ekonomi nasional (PNB) di Pulau Jawa mencapai 60 %, sedangkan pemerataan pembangunan sangat dibutuhkan didaerah.

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dan desa ke kota atau dan kota kecil ke kota besar yang disebabkan oleh adanya faktor penarik dari kota besar dan faktor pendorong dari desa. Orang-orang yang melakukan urbanisasi disebut urban. Di Indonesia, urbanisasi masih terus berlangsung hingga saat ini dan semakin sulit untuk dicegah.

Faktor penyebab urbanisasi dipengaruhi beberapa factor diantaranya perkembangan daerah perkotaan di sector industry, perdagangan dan memperoleh penghasilan dan meningkatkan kualitas hidup menjadi factor utama urbanisasi. Faktor pendorong dan penarik dari kota dari desa penyebab urbanisasi yaitu terbatasnya lapangan kerja, upah kerja relative rendah, fasilitas kota pusat pemerintahan dan iptek (pendidikan, kesehatan, transpotasi, rekreasi, perdagangan), infrastruktur desa tidak memadai, tanah pertanian tidak produktif, kehidupan desa monoton, timbulnya bencana (banjir, gempa bumi, kemarau atau wabah penyakit), momentum hari besar/ raya.

Konsentrasi penyebaran penduduk tidak merata, akan menimbulkan kesenjangan social (kependudukan), lingkungan dan tatanan fisik perkotaan termasuk daya dukung dan daya tampung diantaranya pemukiman, alih fungsi lahan, terganggunya DAS, pencemaran lingkungan/ polusi, meningkatkan tingkat pengangguran yang tidak memiliki keterampilan, kriminalitas dan masalah social lainnya.

Urbanisasi tidak dapat dicegah dan ditanggulangi selama masih terjadinya disparitass pembangunan antar daerah perkotaan dan pedesaan. Dalam mengantisipasi dan mengatasi masalah dan dampak yang timbul akibat urbanisasi, pemerintah perlu menyusun kebijakan yang orientasinya adalah pembangunan daerah pedesaan dengan menciptakan lapangan kerja, menggerakkan perekonomian di daerah pedesaan untuk meratakan pembangunan.

Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan, baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan, industri, tempat pertanian, dan sebagainya. Untuk mengatasi kekurangan lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana kehidupan. Semakin banyak manusia mengguanakan lahan untuk daerah pemukiman, tanpa memperhatikan dampak bagi lingkungannya ( misalnya daerah resapan air yang semakin berkurang), maka akan semakin banyak masalah bencana yang timbul seperti misalnya banjir. Selain itu pembukaan hutan juga sering dilakukan untuk membangun areal industri, perkebunan, dan pertanian. Meskipun hal ini dapat dianggap sebagai solusi, sesungguhnya kegiatan itumerusak lingkungan hidup yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan

3.      Infrastruktur
Terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian yang juga penting namun minim ialah pembangunan dan pengembangan waduk. Pasalnya, dari total areal sawah di Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11 persen (797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal dari non-waduk. Karena itu, revitalisasi waduk sesungguhnya harus menjadi prioritas karena tidak hanya untuk mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah layanan irigasi nasional. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk saat ini dalam kondisi waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau. Sepuluh waduk telah kering, sementara 19 waduk masih berstatus normal. Selain itu masih rendahnya kesadaran dari para pemangku kepentingan di daerah-daerah untuk mempertahankan lahan pertanian produksi, menjadi salah satu penyebab infrastruktur pertanian menjadi buruk.

4.      Ekonomi
Terbatasnya akses layanan usaha terutama di permodalan. Kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial. Mengingat keterbatasan petani dalam permodalan tersebut dan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal, maka dilakukan pengembangkan dan mempertahankan beberapa penyerapan input produksi biaya rendah (low cost production) yang sudah berjalan ditingkat petani. Selain itu, penanganan pasca panen dan pemberian kredit lunak serta bantuan langsung kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani cakupannya diperluas. Sebenarnya, pemerintah telah menyediakan anggaran sampai 20 Triliun untuk bisa diserap melalui tim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Bank BRI khusus Kredit Bidang Pangan dan Energi.

5.      Pengelolaan Lingkungan
Skala pertanian kecil atau lahan yang dimiliki oleh sebagian besar petani relatif sempit. Solusinya adalah pemerintah atau pihak yang berkepentingan memberikan penyuluhan atau pelatihan langsung kepada petani untuk dapat memaksimalkan lahan yang sempit tersebut agar dapat menghasilkan hasil pertanian yang maksimal, contohnya adalah dengan sistem pertanian tumpang sari dimana di sekitar pematang sawah ditanami tanaman jenis lainnya misal kacang panjang atau jagung. hasil tanaman yang menumpang ini dapat dimanfaatkan sendiri atau dijual untuk menambah penghasilan bagi petani.

6.      Gaya Hidup
Keberadaan industrialisasi dan pembangunan pertanian bagi Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang adalah pilihan strategi dalam model pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Pemilihan model kebijakan industrialisasi ini berdampak pada dinamika industrialisasi pertanian di pedesaan. Kondisi industrialisasi pertanian, dalam hal ini sektor pertanian telah mengalami marginalitas akibat kebijakan-kebijakan negara yang tidak berpihak pada petani. Akibatnya industrialisasi pedesaan yang ada tidak bersinergi dalam upaya mendorong pemberdayaan ekonomi petani di pedesaan. Kehadiran industri di suatu wilayah pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya. Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Dampak industri pertambangan dapat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan dilihat dari perubahan aspek aktivitas, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu.

7.      Perubahan Iklim
Selain peranan sector pertanian yang sangat strategis terhadap penyediaan pangan, sumber mata pencaharian jutaan petani dengan berbagai keterbatasan, sumber devisa dan PDRB serta bahan baku industri, di masa yang akan dating, sector pertanian juga menjadi salah satu andalan bagi ketahanan energi nasional, terutama dalam penyediaan bahan bagu bioenergy. Dalam pembangunan nasional, peran sector pertanian sebagai penghasil utama biomassa akan semakin penting. Terhadap keterkaitan perubahan ilim dan pembangunan pertanian mempunyai keterkaitan yang unik dan menaris. Pertanian rentan terancam perubahan iklim terutama produksi dan ketahanan pangan.

Pustaka :
Soedarsono Hadisapoetro (1975). Pembangunan Pertanian. Yogyakarta: UGM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAPPING DRONE : WORK FROM HOME (WFH) PRODUKTIF VIA ZOOM MEETING

Ditulis oleh : Mardiansyah Usman Bengkulu, 2 April 2020 Work From Home (WFH) Presiden Jokowi telah meminta segenap masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus corona dan penyakit Covid-19. Salah satu caranya, menurut Jokowi, adalah dengan memulai mengurangi aktivitas di luar rumah. "Saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah," ujar Jokowi dalam konferensi pers di Istana Bogor. Menurut Jokowi, langkah ini perlu dilakukan agar penanganan Covid-19 bisa dilakukan dengan lebih maksimal. Istilah bekerja dari rumah juga dikenal dengan Work From Home (WFH). (Kompas, 15/3/2020). Apakah itu WFH?  Arti WFH atau bekerja dari rumah. Dalam persepsi yang lain, yaitu konsep dimana karyawan dapat melakukan pekerjaannya dari rumah. Bekerja dari rumah memberikan jam kerja yang fleksibel bagi karyawan dan pekerjaan mereka bisa selesai dengan mudah. Bekerja dari rumah juga sangat membantu untuk memberikan keseimbangan antara duni...

DRONE FOR ENVIRONMENT (Pemanfaatan Drone untuk Pengelolaan Lingkungan)

Ditulis : Mardiansyah Usman Bengkulu, 4 April 2020 Ilmu tidaklah sempurna, sebelum disebarkan dan diamalkan (Hikmat Ramdan, 2020) Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat.   Kalimat populer tersebut bukanlah hadist, namun merupakan nasehat para salaf (islamedia.id). Ungkapan tersebut menjadi dasar dari ungkapan “ Lifelong learning ” atau pembelajaran seumur hidup. Jika kita mau mengamati, kehidupan di dunia ini seakan tidak pernah sepi dari kegiatan belajar, sejak mulai lahir sampai hidup ini berakhir. Menuntut ilmu tidak kenal hari libur, bisa formal maupun informal, dan tidak mengenal waktu ataupun usia. Siapapun, kapanpun dan dimanapun ilmu pengetahuan akan selalu ada disekitar kita. Perjalanan panjang meraih ilmu pengetahuan juga diiringi dengan pengalaman, maka bersabarlah. Dalam menghadapi kondisi wabah Covid19 di Kuartal I Tahun 2020 ini, kita harus taat pada aturan yang telah disampaikan bahwa dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 2...

DRONES FOR FOOD SECURITY (PEMANFAATAN DRONE UNTUK KETAHANAN PANGAN)

Ditulis oleh : Mardiansyah Usman Bengkulu, 5 April 2020. Ketahanan Pangan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan juga disebutkan bahwa ketahanan pangan nasional dimulai dari ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pangan harus dapat diakses dengan mudah bagi rumah tangga. Berdasarkan data dari  The Economist Intelligence Unit  (EIU) pada tahun 2014 hingga 2018, Indeks Ketahanan Pangan di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2014 mencapai 46,5 indeks dan di tahun 2018 mencapai 54,8 indeks. Indeks ketahanan pangan di Indonesia terlihat membaik sepanjang tahun 2014 hingga 2018. Selain itu, sepanjang tahun 2014 sampai 2018 indeks ketahanan pangan secara global menurut data dari Global Food Security Index (GFSI) Indonesia berada pada peringkat ke 65 dunia dan peringkat ke-5 di ASEAN. Penilaian indeks ketahanan pangan terdiri dari empat aspek : Pertama,  affordability  te...