Langsung ke konten utama

Certificate Course Wildlife Management XXIV at Wildlilfe Institute of India

Wildlife Institute of India, Dehradun-Uttarakhan State

Pengantar
Sebagai seorang alumnus Sekolah Kehutanan Menengah Atas Pekanbaru 2003, setelah lulus sekolah mendapat kesempatan magang di Balai Pengelolaan DAS Ketahun di Bengkulu. Sambil menunggu tes pengangkatan oleh Dephut. Disana saya dipercayakan sebagai asisten Operator GIS di Seksi Monitoring dan Evaluasi dan beberapa tugas teknis di lapangan lainnya yang berkaitan dengan program Ditjen RLPS. Tak terasa setelah 2,5 tahun magang dan mengikuti tes CPNS yang ke-3 baru lah saya diterima. Namun formasi pengangkatan tersebut hanya sebagai Calon Polisi Kehutanan, tidak ada formasi PEH atau Teknisi Kehutanan lainnya. Saya tetap semangat dengan hasil tersebut.

Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang wilayah kerjanya juga mencakup 290.800 Ha di Kab. Lampung Barat dan Kab. Tanggamus Prop. Lampung serta 66.000 Ha di Kab. Kaur Prop. Bengkulu , kemudian adalah tempat saya bertugas. Sebagai junior yang termuda sejak bergabung pada Juli 2006 pastinya saya dituntut untuk banyak belajar dari pengalaman di lapangan baik itu dalam kegiatan rutin sebagaimana Tupoksi Polhut maupun tugas lainnya. Mulai dari penjagaan, pengawalan/pendampingan, patroli, intelijen, penangkapan dan proses penyidikan serta penggiringan dan survey satwa liar juga diikuti. Bekerjasama dengan mitra-mitra TNBBS seperti WCS-IP, WWF dan RPU-YABI lah yang sangat membantu dalam pelaksanaan tugas-tugas di lapangan tidak tinggal saya diikutsertakan. Pada tahun Juli 2007 saya juga dipercayakan untuk mengikuti Pelatihan Penggunaan Case Tracking Database Dalam Pelacakan Kasus-Kasus Illegal Logging dan Tindak Kejahatan Kehutanan lainnya oleh EC-Indonesia FLEGT. Kemudian sebagai Ast. Database Prog. MPHS TNBBS-WWF 2006-sekarang, serta masuk tahun 2008 sebagai pendamping kegiatan WCS-IP dalam Occupancy Survey Tiger and Large Mammals di TNBBS.

Bulan Juni 2008, Dit.Jen PHKA melakukan translokasi penyelamatan 5 ekor Harimau Sumatera dan 1 ekor Buaya Muara dari Prop. NAD ke Prop. Lampung (di kawasan TNBBS). Pemberian inisial dan nama oleh Menteri Kehutanan dan Bupati Lampung Barat yaitu A1/Buyung, A2/Agam, A3/Pangeran, A4/Ucok, dan A5/Panti. Saya dipercayakan menjadi Operator Pemantau dalam Satgas Mitigasi Konflik untuk melakukan monitoring dan pemantauan via satelit setiap hari.

Ditunjuk dalam pencalonan mengikuti kursus
Sungguh kesempatan dan kepercayaan yang sangat berharga bagi saya, ditunjuk oleh pimpinan untuk mengikuti kursus ini. Mulanya hari Jumat, 29 Agustus 2008 setelah melaksanakan Solat Jumat di Musollah dekat Mess di kotaagung dan menikmati makan siang bersama-sama rekan satu mess. Saya kembali ke kantor dan mendapat disposisi surat di meja saya dari Kepala Balai yang berasal Direktur KKH yang isinya saya ditunjuk untuk dijadikan kandidat dari Balai TNBBS untuk mengikuti kursus CCWM XXIV tersebut selama 3 bulan di WII, Dehradun-India. Wah, saya sangat terkejut dan serasa mimpi.

“Mungkin ini salah tulis disposisi???” dalam hati saya. Saya segera konfirmasi ke Kabag TU dan beliau membenarkan, saya disarankan agar segera melengkapi surat dan berkas tersebut. Untungnya beberapa kali saya pernah menjadi pendamping (counterpart) peneliti asing di Way Canguk, walaupun hanya bisa berbicara, membaca, menulis dan mendengar dengan bahasa inggris “modal pas-pasan”. Untungnya rekan-rekan saya mendukung dan membantu dalam melengkapi syarat-syarat untuk kualifikasi yang diminta dari pihak penyelenggara yaitu Global Tiger Forum (GTF). Ada kakak kelas yang bertugas di TNKS juga pernah ikut pada tahun sebelumnya, langsung saya kontak untuk sharing pengalaman dan konsultasi masalah pemberkasan. Deadline tanggal 31 Agustus 2008 berkas saya sudah masuk di GTF. Wah, sedikit sekali waktunya??? Padahal sore jumat jam 17.00 WIB itu saya harus berangkat ke Bengkulu, karena ada acara keluarga dan kehadiran saya di tunggu dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan. Kecanggihan teknologi memang harus diakui, membuat semuanya semakin mudah dan serasa dekat. Semua berkas yang diminta saya siapkan dan dibawa pulang ke Bengkulu. Selama perjalanan saya masih mempelajari kursus yang ditawarkan tersebut.
Setelah subuh, tanggal 30 Agustus 2008 saya tiba di Bengkulu. Melalui telepon dan email semuanya serasa mudah dan melengkapi pemberkasan sebelum dikirim pun di mulai. Surat pertama adalah Certificate I, menerangkan bahwa staf yang berkerja untuk konservasi harimau atau berkaitan dengan itu di level manajemen dan akan kembali pada posisi tersebut jika telah selesai mengikuti kursus ini. Surat kedua, menerangkan bahwa kita berkelakuan baik, hamper mirip dengan SKKB dari Kepolisian, namun dalam hal ini cukup langsung atasan lansung yaitu Kepala Balai Besar TNBBS. Surat ketiga, hanya form biodata dengan usia maksimal 40 tahun serta mencatumkan nomor paspor, visa, kemampuan bahasa inggris dan supporting agency/ government. Setelah lengkap saya kirimkan via email ke pihak GTF cc Dit. KKH dan Balai Besar TNBBS.

Sambil menunggu balasan dari pihak India. Tugas saya masih tetap berjalan seperti biasa. Nampaknya proses nominasi saya sebagai kandidat lebih rumit. Pertama mereka surat-surat pemberkasan yang saya kirim harus di tandatangani oleh Direktur KKH. Padahal saya sudah jelas kepada mereka Kepala Balai Besar TNBBS adalah atasan langsung saya dan dialah yang merekomendasikan ke Dir. KKH. Merekapun tetap tidak bisa menerima, dan saya harus membuat surat-surat itu dan mengirimkan kembali. Kedua, saya diwajibkan mencantumkan No. Passport karena pihak Departemen Luar Negeri India tidak akan memproses kalau tidak dilengkapi dengan passport. Saya pun minta waktu paling lama 1 minggu, untuk pengurusan passport, yang kemudian saya kirimkan menyusul setelah surat-surat tadi dikirim dan mereka bisa menunggu paling lambat 22 September 2008. Akhirnya saya disarankan untuk mengurus passport hijau/turis, untungnya tidak sulit.

Saya juga ingin berbagi pengalaman dan semoga bermanfaat. Pengurusan passport hijau tidaklah sulit harus melengkapi copy KTK, KK atau Akte Kelahiran, Surat Permohonan dari Instansi, pasfoto berwarna, dan pengisian form di Kantor Imigrasi serta membayar biaya pembuatan passport tergantung jumlah lembar passport apakah 8, 12 atu 24 sesuai kebutuhan. Sebenarnya bagi petugas pemerintah (PNS) yang melaksanakan kunjungan, kursus, sekolah, workshop atau mengikuti kegiatan kedinasan di luar negeri, menggunakan passport biru/ Service passport lebih menguntungkan dibandingkan passport hijau. Saya harus membuatnya hanya untuk melengkapi persyaraatan yang diminta pihak Departemen Luar Negeri India dan mengisi form dari pihak Kedutaan, hal ini berkaitan dengan issue Terorisme yang terjadi di Indonesia dan Negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Setiap kekurangan dalam pemberkasan selalu diberitahu oleh pihak GTF, dan selalu berhubungan “keep in touch” dengan pihak panitia disana membuat semuanya bisa berjalan lancer.

Panggilan ke india
Sebelumnya rekan dari Balai Besar TNKS pernah mengikuti training ini. Ini adalah kali ke dua bagi perwakilan Indonesia yang mendapat kesempatan kesana. Tanggal 22 September 2008, saya mendapat konfirmasi bahwa saya diterima untuk mengikuti training tersebut. Surat ijin bertolak ke luar negeri pun kemudian dibuatkan dari Kepala Balai TNBBS ke Sekditjen PHKA kemudian diteruskan ke Pusat Kerjasama Luar Negeri guna mendapatkan Surat Persetujuan dari Sekretaris Negera RI, pengurusan passport dinas dan visa. Alhamdulillah, berkat kerjasama dan jalinan komunikasi yang baik dengan rekan-rekan di Manggala saya tidak harus mengurus langsung ke Jakarta, mengingat saya masih sedang masih di lapangan dalam rangka Pengambilan Camera Trap yang dipasang pasca pelepasliaran 2 ekor harimau sumatera di Tambling-TNBBS. Sepulang dari Tambling ke kotaagung, e-ticket PP Jakarta-New Delhi via Kuala Lumpur juga saya terima dari GTF, kemudian saya sempatkan untuk pulang terlebih dahulu ke Bengkulu, “sungkem” ke Ibu dan pamit ke keluarga disana.

Pengurusan visa agak terkendala karena pada tanggal 27 Oktober 2008 berkenaan dengan Diwali Festival of India, pihak kedutaan di Indonesia pun juga libur. Wah, saya terus konfirmasi ke Jakarta dan New Delhi, takut visa belum selesai dan jadwal keberangkatan saya jadi tertunda. Beruntungnya, pihak KLN dapat sigap mengatasinya dan pihak kedutaan juga membantu dalam proses pengurusannya. Akhirnya saya berangkat dari Bengkulu ke Jakarta tanggal 29 Oktober 2008 langsung ke Manggala mengambil dokumen-dokumen disana. Keesokaannya tanggal 30 Oktober 2008 jam 11.10 WIB saya berangkat menggunakan Malaysia Airlines, transit 4 jam dan berganti pesawat di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) saya gunakan untuk istirahat, komunikasi ke Indonesia, mengecek pergerakan harimau dan menikmati keindahan bangunan megah dan asri ini. Dari Terminal M pukul 18.40 waktu setempat saya berangkat ke India. Ada rekan dari warga negara Malaysia keturunan Cina yang sering ke India yang duduk bersebelahan dengan saya, kami sempat ngobrol tentang kegiatan kami masing-masing.

Penerbangan 5 jam 40 menit tak terasa mengantarkan saya di Indira Gandhi International Airport (IGIA), pukul 22.00 waktu setempat sedangkan jam tangan saya pukul 23.30 WIB ternyata hanya selisih 1,5 jam saja. Keindahan India dimalam hari sangat menarik perhatian saya, bagaimana kalau disiang harinya dalam hati saya bertanya?

Tiba di India
Sambil menunggu bagasi, saya mencoba untuk menggunakan HP, saat di KLIA saya bisa komunikasi dengan tarif roaming international. Wow sangat mahal. Hal itu saya coba di IGIA dan itu sama saja. Setelah mendapat bagasi dan menukarkan dollar ke rupee, saya keluar dari bandara sambil mencari rekan staf dari GTF yang akan menjemput saya. Dalam emailnya dia berjanji akan menjemput dengan membawa semacam tulisan “GLOBAL TIGER FORUM”, sepanjang jalan keluar menuju taksi saya lihat tidak ada juga. Saya sempat putus asa dan mencoba untuk menghubungi pihak GTF. Ternyata Mr. Lam berada di belakang saya. “Hai, Mr. Mardiansyah, I am Mr. Lam from GTF”, dia berkata. Oh sungguh senang saya bertemu dengannya. Saya bertanya kenapa kamu tidak bawa tulisan seperti yang dijanjikan di email, singkat dia bilang saya lupa dan buru-buru tapi saya ingat wajah anda. Untungnya dalam CV yang saya kirimkan saya lampirkan juga pasfoto berwarna. Huuf… dasar Mr. Lam… Kami kemudian menuju ke Mohan International Hotel di daerah Hazrat Nizamudin Railways. Disana sudah ada 2 orang rekan peserta dari Nepal dan Bhutan yang juga di sponsori oleh GTF yang tiba terlebih dahulu.

Keesokkan harinya kami menjalani pra-course test dan wawancara yang di Sekretariat GTF di daerah Okhla, New Delhi sampai sore hari. Intinya para peserta di tes untuk mengetahui secara umum pengatahuannya dalam kegiatan konservasi di negaranya masing-masing Mr. RK. Jain mengingatkan pada kami bahwa besok tanggal 2 November 2008 jam 05.00 waktu setempat harus sudah berada didalam kereta api, jangan sampai terlambat 1 menit pun. Kemacetan lalu lintas dipagi hari sangat parah didaerah tersebut. Kami harus sedikit gesit dan waspada, jam 05.00 kereta sudah mulai berangkat. Hebat, tepat waktu sekali mereka…

Widlife Institue of India, Dehradun-Uttaranchal, India
Bulan November sudah waktunya masuk musim dingin, Kota New Delhi hanya dapat saya nikmati dari pinggir jendela kereta api, dengan hawa yang dingin dari Peg. Everest tanpa salju. Perkebunan gandum dan kacang-kacangan yang paling mendominasi di daerah bagian sebelah utara Negara India. Dehradun adalah sebuah kota dari Negara Bagian Uttaranchal, sebuah kota yang di musim dingin sangatlah berdebu dan kering. Mayotitas dengan penduduk pemeluk agama Hindu, disana kami tiba pukul 12.40 waktu setempat. Welcome to Dehradun. Kami dijemput oleh staff dari Wildlife Institute of India, menuju kampus disana kami tinggal di asrama “New Hostel”, setelah registrasi saya mendapat di lantai dasar kamar 15.

Setelah beres-beres di kamar, saya berkenalan dengan beberapa peserta asal India yang sudah lebih dahulu tiba disana. Senin, 3 Noevember 2008 barulah kami masuk ke kelas dan perkenalan dengan Course Director. Ada 22 orang peserta yang di undang, namun hanya 13 orang yang dapat hadir diantaranya 7 orang asal India (Arunacha Pradesh, Andaman & Nicobar Islands, Himachal Pradesh, Maharashtra, Sikkim, Uttar Pradesh dan West Bengal) dan 5 orang peserta asing yaitu dari Bhutan, Nepal, Pakistan dan Indonesia. Peserta kursus ini berumur diatas 35-40 tahun dengan jabatan Range Forest Officer kalau di Indonesia setingkat Kepala Seksi Wilayah dengan latar belakang pendidikan Diploma - Master. Wah, apa ini tidak salah saya yang dikirim kesini? Itu bukan masalah, ini sebuah anugerah dan kepercayaan yang sangat saya syukuri. Saya tetap semangat dan termotivasi untuk bisa belajar disini. “Menggali ilmu tak kenal umur”, begitu pesan ibu saya.

Hari ke 1 dan 2 kami kegiatan belajar belum dimulai, sesi perkenalan dan presentasi dengan tema bebas mengenai kegiatan di masing-masing asal, kemudian melakukan registrasi ulang, kartu identitas peserta, swipe card untuk akses computer dan internet 24 Jam serta akses ruang perpustakaan. Selain komunikasi ke rekan-rekan dan keluarga di Indonesia menggunakan email dan internet. Saya juga akan berbagi mengenai Telepon Seluler disana, untuk mendapatkan 1 nomor perdana prabayar, kami peserta asing harus melengkapi persyaratan copy identitas, surat keterangan dari pihak WII, paspfoto 3x4 berwarna dan mengisi form isian serta harus membayar seharga Rs, 300 (sekitar Rp. 60.000,-) pengguna kartu XL yang paling murah dalam telepon ke luar negeri.

Dalam kegiatan CCWM ini, secara umum mencakup teori dasar Intorcution Biology of Indian Wildlife, Wildlife Habitat and Population Assessment Techniques, Introduction to Wildlife Conservation and Management, Wildlife Management-I : Habitat, Animals and Protected Areas, Wildlife Law, Administration and Management Planning, Ex-situ Conservation and Wildlife Health, Computers and GIS Applications in Wildlife Management, Conservation Education, Nature Interpretation and Wildlife Tourism dan Ecodevelopment for Biodiversity Conservation. Selain itu juga ada 2 agenda tour yaitu Technique Tour di Rajaji National Park dan Management Tour di National Zoological Garden-New Delhi, Keoladeo National Park (NP)-Bharatpur Rajasthan, National Chambal Sanctuary-Uttar and Madya Pradesh, Panna NP-Tiger Reserve (TR), Kanha NP-TR Madya Pradesh, Pench TR dan Tadoba-Andhari NP-TR.

Selama 1,5 bulan materi-materi dasar di kelas disampaikan, kemudian dilanjutkan dengan Technique Tour selama 10 hari. Technique tour ini disampaikan dasar-dasar teknik lapangan dalam kegiatan monitoring, pengukuran dan penjabaran habitat hidupan liar. Peserta diharapkan paham dalam latihan memetakan dan mengukur parameter habitat, teknik estimasi kelimpahan satwa liar dan deskripsi populasinya, penangkapan dan penanganan serta kesehatan satwa liar yang semua itu sangat berguna dalam menunjang kegiatan di lapangan. Selesai melaksanakan technique tour para peserta diwajibkan menulis tour journal sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan disana, seperti Orientation to Rajaji National Park, visit to Dholkand Range of Rajaji National Park, familiarization with animal tracks and signs, scientific of botanist, bird watching etc; Orientation & Track plot (animal abundance index); Knowing important field equipments & map reading; Tiger pugmark tracing; Water bird count along the river Ganga between Bhimgoda barrage and Chilla power channel; Demonstration on camera trap & Radio telemetry; Roadside monitoring of wildlife along the Chilla-Khera road (Monitoring) 1st; Land birds count in both natural forests and plantations; Demonstration for laying a line transect for biodiversity assessment; Briefing on Tiger, Co-prey and predators, and habitat assessment using line transects; Line transect (plain and hill) for Herbivore and carnivore assessment. (Morning); Vegetation sampling (Assessment on plant diversity); Social Issues in Wildlife Conservation. Visit to Shyampura area (Chilla/near Shyampura) and Ghendikhata; Roadside monitoring of wildlife along the Chilla-Khera road (Monitoring) 2nd; Impact of hydropower project on wildlife values (Chilla); Tiger, Co-prey and predators, and habitat assessment using line transects; Trail walk for carnivore assessment; Demonstration on electric fencing (wildlife barriers) dan Data analysis and interpretation. Selain itu pengenalan peralatan lapangan seperti compass, Binocular, measuring tape and ocular estimation, referring bird book, handling of GPS, how to trace pugmarks, camera traps, pedometer and other related instruments. Semuanya dirangkum dalam sebuah journal dan kemudian masuk dalam nilai, setelah kursus ini berakhir. Sebelum melaksanakan Management Tour, peserta juga melaksanakan examination paper selama 3 hari dan mengerjakan assignment sebanyak 3 macam pokok masalah dalam Wildlife Management yang dipilih dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta kursus dalam memahami materi dan konsep-konsep dasar sebelum melaksanakan Management Tour. Hal ini sangat penting, agar peserta dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan sebaik-baiknya.

Awal bulan januari kami mulai melaksanakan Management Tour selama 20 hari yang merupakan tur pengelolaan ke lokasi Protected Area baik itu Kebun Binatang, Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Alam/ Suaka Margasatwa, daerah penelitian dan lokasi-lokasi wisata terkenal lainnya. Mulai dari National Zoological Garden di New Delhi, Keoladeo National Park (NP) di Bharatpur Rajasthan, National Chambal Sanctuary di Uttar and Madya Pradesh, Panna NP-Tiger Reserve (TR), Kanha NP-TR dan Pench TR di Madya Pradesh, dan Tadoba-Andhari NP-TR di Maharashtra. Setelah kami melakukan observasi dilapangan kemudian dituangkan dalam pembahasan yang dipresentasikan.

Yang menarik adalah penilaian predikat kelulusan mengikuti kursus ini, criteria penilaian yang meliputi hasil tes tertulis (paper) dan assignment (essay) di kelas, praktek dan penulisan tour journal, presentasi management tour dan viva voce (wawancara). Kelulusan dinilai minimal 50 % dari hasil nilai criteria yang sudah disebut tersebut. Para peserta semakin termotivasi dalam hal ini, peserta yang mendapat nilai tertinggi mendapatkan Prize and Award, bagi peserta asing mendapatkan Best Foreign Trainee Award. Suatu kehormtan dalam kesempatan ini saya menerima Honours Certificate Wildlife Management, sebagai peserta termuda sejak tahun 1985 CCWM ini diselenggarakan. Predikat ini harus meningkatkan motivasi dan kreatifitas dalam berkarya ke depannya bagi saya pribadi. Training ini ditutup dalam acara Valedictory Function XXIV CCWM di Auditorium WII, yang dihadiri oleh direuktur WII, seluruh dosen dan staf pengajar, professor, mahasiswa dan tamu undangan lainnya. Salam Rimbawan…

Diposting oleh :
Mardiansyah
Polhut Pelaksana Pemula pada Balai Besar TNBBS
Terbit pada Buletin Siamang Edisi II Tahun 2009
Certificate Course Wildlife Management XXIV at Wildlilfe Institute of India (1 November 2008 s.d 31 Januari 2009)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAPPING DRONE : WORK FROM HOME (WFH) PRODUKTIF VIA ZOOM MEETING

Ditulis oleh : Mardiansyah Usman Bengkulu, 2 April 2020 Work From Home (WFH) Presiden Jokowi telah meminta segenap masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus corona dan penyakit Covid-19. Salah satu caranya, menurut Jokowi, adalah dengan memulai mengurangi aktivitas di luar rumah. "Saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah," ujar Jokowi dalam konferensi pers di Istana Bogor. Menurut Jokowi, langkah ini perlu dilakukan agar penanganan Covid-19 bisa dilakukan dengan lebih maksimal. Istilah bekerja dari rumah juga dikenal dengan Work From Home (WFH). (Kompas, 15/3/2020). Apakah itu WFH?  Arti WFH atau bekerja dari rumah. Dalam persepsi yang lain, yaitu konsep dimana karyawan dapat melakukan pekerjaannya dari rumah. Bekerja dari rumah memberikan jam kerja yang fleksibel bagi karyawan dan pekerjaan mereka bisa selesai dengan mudah. Bekerja dari rumah juga sangat membantu untuk memberikan keseimbangan antara duni...

DRONE FOR ENVIRONMENT (Pemanfaatan Drone untuk Pengelolaan Lingkungan)

Ditulis : Mardiansyah Usman Bengkulu, 4 April 2020 Ilmu tidaklah sempurna, sebelum disebarkan dan diamalkan (Hikmat Ramdan, 2020) Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat.   Kalimat populer tersebut bukanlah hadist, namun merupakan nasehat para salaf (islamedia.id). Ungkapan tersebut menjadi dasar dari ungkapan “ Lifelong learning ” atau pembelajaran seumur hidup. Jika kita mau mengamati, kehidupan di dunia ini seakan tidak pernah sepi dari kegiatan belajar, sejak mulai lahir sampai hidup ini berakhir. Menuntut ilmu tidak kenal hari libur, bisa formal maupun informal, dan tidak mengenal waktu ataupun usia. Siapapun, kapanpun dan dimanapun ilmu pengetahuan akan selalu ada disekitar kita. Perjalanan panjang meraih ilmu pengetahuan juga diiringi dengan pengalaman, maka bersabarlah. Dalam menghadapi kondisi wabah Covid19 di Kuartal I Tahun 2020 ini, kita harus taat pada aturan yang telah disampaikan bahwa dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 2...

DRONES FOR FOOD SECURITY (PEMANFAATAN DRONE UNTUK KETAHANAN PANGAN)

Ditulis oleh : Mardiansyah Usman Bengkulu, 5 April 2020. Ketahanan Pangan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan juga disebutkan bahwa ketahanan pangan nasional dimulai dari ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pangan harus dapat diakses dengan mudah bagi rumah tangga. Berdasarkan data dari  The Economist Intelligence Unit  (EIU) pada tahun 2014 hingga 2018, Indeks Ketahanan Pangan di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2014 mencapai 46,5 indeks dan di tahun 2018 mencapai 54,8 indeks. Indeks ketahanan pangan di Indonesia terlihat membaik sepanjang tahun 2014 hingga 2018. Selain itu, sepanjang tahun 2014 sampai 2018 indeks ketahanan pangan secara global menurut data dari Global Food Security Index (GFSI) Indonesia berada pada peringkat ke 65 dunia dan peringkat ke-5 di ASEAN. Penilaian indeks ketahanan pangan terdiri dari empat aspek : Pertama,  affordability  te...